Rabu, 27 November 2013

ALAT MUSIK TAGONGGONG


LATAR BELAKANG ALAT MUSIK TAGONGGONG
Genggona Langi adalah nama yang disembah dan dipuji dan yang menguasai alam ini dan dapat membinasakan, menyengsarahkan manuaia dibawah kolong langit ini,sehinggah adannya upacara-upacara Penyembahan antara lain :  Matipu yang terakhir dilaksanakan di Gunung Hakiang  desa Bengka kecamatan Manganitu. Keyakinan ini tumbuh subur di Maubungang atau Manganitu pada kira-kira abad ke-15 raja Tulosang (Tolo) menjadi Raja Maubungang yang memelihara Upacara Matipu denga mencetus suatu larangan  bagi rakyatnya  agar gunung Hakiang atau hutan Gunung Hakiang  jangan dirusakkan. Pada pemerintahan Belanda  Hutan Hakiang ditetapkan sebagai hutan lindung.
Dalam upacara Penyembahan  itu dihadiri oleh seluruh Rakyat Manganitu . Cara penyebahannya adalah mengucapkan sastra dalam bahasa sangihe sebagai sastra penyembahan, pagelaran tari penyembahan, penyembelihan babi sebagai penolak bala, dan sebagai penutup membuat api unggun  (matipu). Sebelum bubar mereka berarak-arakan kepantai dengan mengadakan acara penutup acara penutup dipantai Manganitu : Mangale nau (menolak bala).
Setelah agama masuk masyarakat sangihe, Genggona langi  disebutnya Mawu Ruata artinya Allah yang Maha Kuasa dan tercetuslah upacara adat  Sangihe seperti : Menulude, dumageng bale, menondong sakaeng, mepapangentude, dll.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa dalam upacara adat penyembahan Matipu dipersembahkan pula tari-tarian penyembahan, tatabuhannya atau alat pengiringnya adalah alat musik Tagonggong, dengan memeriahkan acara penyembahan itu oleh syair lagu-lagu asli sangihe yang disebut “Sasambo’. Lagu-lagu Sasambo dilagukan selalu diringi dengan alat tagonggong, tiada Sasambo tampa Tagonggong. Sampai sekarang ini musik Tagonggong bersama Lagu Sasambo masih ada dalam sebagian besar desa-desa di Kabupaten  Sangihe. Dari uraian diatas, ternyata musik ini tercipta oleh masyarakat Sangihe sejak adanya atau terciptanya upacara penyembahan memuji memuliakan Genggona langi.

BENTUK DAN BAHAN ALAT TAGONGONG
Bentuk Tagonggong adalah bulat panjang ujungnya (kepalanya) berbentuk lingkaran, sedangkan ujung yang lainnya (ekor) adalah bentuk lingkaran pula dan lebih kecil dari kepala, ekor belakangnya berbentuk lingkaran pula yang lebih kecil dari ekornya (tolone). Banga (badan) tagonggong berlubang tebalya kira-kira 1 cm.
Banga(badan) tagonggong di buat dari beberapa jenis kayu keras misalnya : nangka, linggua, gumahe dan lain sebagainya. Menebang kayu tagonggong disesuaikan dengan bulan dilangit seperti bulan ke-14 atau bulan ke-15 (limangu) sesuai tradisi masyarakat Sangihe.
Pada bagian depan atau kepala Tagonggong diberi kulit kambing dan dijepit dengan lingkaran rotan agar kulit kambing menjadi satu dengan tagongong. Sesuai kebiasaan kulit kambing yang dipakai adalah kulit kambing yang diambil dari kambing yang masih muda dan berwarna coklat bercampur putih karena kulit kambing yang seperti yang dimaksud diatas biasanya memiliki bunyi yang nyaring. Kulit kambing yang digunakan dijemur sampai kering, setelah kering lalu dibersihkan dari bulu dengan cara dicukur sampai halus. Lalu dipasang.
Pada bagian kurang lebih 3-5 cm dari lingkaran rotan/ penjepit  terdapat lubang yang berdiameter ± 1 cm . manfaat dari lubang tersebut untuk diikatkan tali gantunga penabu
CARA MENABUH/MEMBUNYIKAN TAGONGGONG
Sejak dahulu alat musik Tagonggong hanya ditabuh oleh kaum pria, pada jaman dahulu tagonggong ditabuh dengan para penabuh duduk bersilah dilantai, tapi perkembangan jaman dewasa ini tagonggong ditabuh dengan para penabuh duduk di atas kursi.
Yang ditabuh atau dipukul adalah bagian kepala atau kulit kambing, badan tagonggong diletakkan mendatar diatas paha sebelah kiri penabuh dan jari menekan kulit kambing, siku tangan kiri menekan tagonggong.
Ada juga ditabuh sementara berjalan dengan posisi tagonggong tergatung pada bahu si penabuh.

FUNGSI MUSIK TAGONGONG
1.      Sarana Keagamaan (Komunikasi Spiritual)
Musik Tagonggong dikatakan sebagai sarana keagamaan karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dimana musik Tangonggong, dipentaskan dalam upacara-upacara adat yang selalu dihubungkan dengan manusia dan Tuhannya.
2.      Sarana komunikasi Sosial
Dikatakan sebagai sarana komunikasi sosial karena dalam pementasannya melibatkan banyak pendukung yang terdiri dari pemain alat musik sampai pada penyanyinya. Dalam persiapan dan sesudah pementasan semua orang yang terlibat saat itu dapat bertukar informasi baik pemein dengan pemain, pemain dan penyanyi, bahkan dengan semua penonton yang hadir saat itu.
3.      Sarana hiburan
Pementasan-pementasan Musik Tagonggong yang dapat menarik perhatian warga secara menyeluruh, sebab pelalui pementasan tersebut kebutuhan terhadap seni dapat terpenuhi, dan lewat acara-acara tersebut para penduduk (Sangihe) sangat terhibur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar