LATAR BELAKANG ALAT MUSIK TAGONGGONG
Genggona Langi adalah nama yang
disembah dan dipuji dan yang menguasai alam ini dan dapat membinasakan,
menyengsarahkan manuaia dibawah kolong langit ini,sehinggah adannya
upacara-upacara Penyembahan antara lain :
Matipu yang terakhir
dilaksanakan di Gunung Hakiang desa
Bengka kecamatan Manganitu. Keyakinan ini tumbuh subur di Maubungang atau
Manganitu pada kira-kira abad ke-15 raja Tulosang (Tolo) menjadi Raja
Maubungang yang memelihara Upacara Matipu denga mencetus suatu larangan bagi rakyatnya agar gunung Hakiang atau hutan Gunung
Hakiang jangan dirusakkan. Pada
pemerintahan Belanda Hutan Hakiang
ditetapkan sebagai hutan lindung.
Dalam upacara Penyembahan itu dihadiri oleh seluruh Rakyat Manganitu .
Cara penyebahannya adalah mengucapkan sastra dalam bahasa sangihe sebagai
sastra penyembahan, pagelaran tari penyembahan, penyembelihan babi sebagai
penolak bala, dan sebagai penutup membuat api unggun (matipu). Sebelum bubar mereka berarak-arakan
kepantai dengan mengadakan acara penutup acara penutup dipantai Manganitu :
Mangale nau (menolak bala).
Setelah agama masuk masyarakat
sangihe, Genggona langi disebutnya Mawu
Ruata artinya Allah yang Maha Kuasa dan tercetuslah upacara adat Sangihe seperti : Menulude, dumageng bale,
menondong sakaeng, mepapangentude, dll.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya
bahwa dalam upacara adat penyembahan Matipu dipersembahkan pula tari-tarian
penyembahan, tatabuhannya atau alat pengiringnya adalah alat musik Tagonggong,
dengan memeriahkan acara penyembahan itu oleh syair lagu-lagu asli sangihe yang
disebut “Sasambo’. Lagu-lagu Sasambo dilagukan selalu diringi dengan alat
tagonggong, tiada Sasambo tampa Tagonggong. Sampai sekarang ini musik
Tagonggong bersama Lagu Sasambo masih ada dalam sebagian besar desa-desa di
Kabupaten Sangihe. Dari uraian diatas,
ternyata musik ini tercipta oleh masyarakat Sangihe sejak adanya atau
terciptanya upacara penyembahan memuji memuliakan Genggona langi.
BENTUK DAN BAHAN ALAT TAGONGONG
Bentuk
Tagonggong adalah bulat panjang ujungnya (kepalanya) berbentuk lingkaran,
sedangkan ujung yang lainnya (ekor) adalah bentuk lingkaran pula dan lebih
kecil dari kepala, ekor belakangnya berbentuk lingkaran pula yang lebih kecil
dari ekornya (tolone). Banga (badan) tagonggong berlubang tebalya kira-kira 1 cm.
Banga(badan)
tagonggong di buat dari beberapa jenis kayu keras misalnya : nangka, linggua,
gumahe dan lain sebagainya. Menebang kayu tagonggong disesuaikan dengan bulan
dilangit seperti bulan ke-14 atau bulan ke-15 (limangu) sesuai tradisi
masyarakat Sangihe.
Pada bagian
depan atau kepala Tagonggong diberi kulit kambing dan dijepit dengan lingkaran
rotan agar kulit kambing menjadi satu dengan tagongong. Sesuai kebiasaan kulit
kambing yang dipakai adalah kulit kambing yang diambil dari kambing yang masih muda
dan berwarna coklat bercampur putih karena kulit kambing yang seperti yang
dimaksud diatas biasanya memiliki bunyi yang nyaring. Kulit kambing yang
digunakan dijemur sampai kering, setelah kering lalu dibersihkan dari bulu
dengan cara dicukur sampai halus. Lalu dipasang.
Pada bagian
kurang lebih 3-5 cm dari lingkaran rotan/ penjepit terdapat lubang yang berdiameter ± 1 cm .
manfaat dari lubang tersebut untuk diikatkan tali gantunga penabu
CARA MENABUH/MEMBUNYIKAN TAGONGGONG
Sejak dahulu alat musik Tagonggong
hanya ditabuh oleh kaum pria, pada jaman dahulu tagonggong ditabuh dengan para
penabuh duduk bersilah dilantai, tapi perkembangan jaman dewasa ini tagonggong
ditabuh dengan para penabuh duduk di atas kursi.
Yang ditabuh atau dipukul adalah
bagian kepala atau kulit kambing, badan tagonggong diletakkan mendatar diatas
paha sebelah kiri penabuh dan jari menekan kulit kambing, siku tangan kiri
menekan tagonggong.
Ada juga ditabuh sementara berjalan
dengan posisi tagonggong tergatung pada bahu si penabuh.
FUNGSI MUSIK TAGONGONG
1. Sarana Keagamaan (Komunikasi
Spiritual)
Musik Tagonggong dikatakan sebagai sarana keagamaan karena seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya dimana musik Tangonggong, dipentaskan dalam
upacara-upacara adat yang selalu dihubungkan dengan manusia dan Tuhannya.
2. Sarana komunikasi Sosial
Dikatakan sebagai sarana komunikasi sosial karena dalam pementasannya
melibatkan banyak pendukung yang terdiri dari pemain alat musik sampai pada penyanyinya.
Dalam persiapan dan sesudah pementasan semua orang yang terlibat saat itu dapat
bertukar informasi baik pemein dengan pemain, pemain dan penyanyi, bahkan
dengan semua penonton yang hadir saat itu.
3. Sarana hiburan
Pementasan-pementasan Musik
Tagonggong yang dapat menarik perhatian warga secara menyeluruh, sebab pelalui
pementasan tersebut kebutuhan terhadap seni dapat terpenuhi, dan lewat
acara-acara tersebut para penduduk (Sangihe) sangat terhibur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar