ASAL
USUL ALAT MUSIK ORI
Alat musik Ori berasal dari hutan Desa Dampulis
(Talaud). Pada masa lalu sekitar abad 13 ada beberapa orang yang yang tinggal
dan menempati sebagian pulau di Watu Napato = batu berjajar (sekarang disebut nanusa.
Adapun orang yang menempati pulau marampit adalah
seorang yang bernama Sinyo. Ia datang dari arah barat kepulauan Watu Napato
dengan menumpang pada sebuah rakit dan mendarat dipulau Hinuntingan (sekarang
disebut pulau Kakorotan), dari pulau tersebut ia pindah ke pulau Ahewarange
(sekarang disebut pulau Marampit), dia menetap disalah satu tempat di pulau
Ahewarange yang disebut “Sinurean” kurang lebih 400 m disebelah barat laut
kampung Laluhe. Dari turunan Sinyo ada beberapa orang yang tinggal di hutan dan
menempati Goa-goa. Seorang bernama Sumowa berjalan menyusuri hutan-hutan pulau
marampit dan bertemu dengan seorang wanita yang bernama Uta’ dalam sebuah goa
yang kemudian diperistri oleh Sumowa.
Dari istrinya Sumowa mendapatkan dua anak, laki-laki dan perempuan. Yang
laki-laki diberi nama Wa’ambatu dan yang perempuan diberi nama Uta’aruane. Saat
waambatu dan Uta’aruane masih kecil, sumowa mendengar bunyi salah satu jenis
burung di hutan, maka mulai saat itu ia berusaha untuk menciptakan alat yang
dapat menghasilkan bunyi yang menyerupai suara burung tersebut dan terciptalah
Ori dan Wansi/Bansi (suling empat lubang) yang mempunyai fungsi khusus bagi
Sumowa dan Uta’ yakni bila Sumowa tidak berada dekat dengan keluarganya
sedangkan uta membutuhkannya maka untuk memanggil Sumowa pada malam hari Uta’
memainkan Ori, dan pada siang hari uta meniup Wansi.
Setelah turunan mereka menemukan air yang terletak
disalah satu tempat yang disebut ‘Wira’ maka mulai saat itu orang-orang membuat
pemukiman di Wira, karena air sangat vital dalam kehidupan manusia pada umumnya.
Setelah pemukiman tersebut berkembang menjadi
perkampungan yang banyak penduduknya terbentuklah suatu organisasi kampung yang
dipimpin oleh pemerintah adat dan
dikepalai Ratumbanua. Dalam pemerintahan adat mereka tak terlepas dari
upacara-upacara keagamaan yang didalamnya pementasan Musik Ori merupakan bagian
dalam upacara tersebut. ( Narasumber : bpk. Harpen Liunsanda )
BENTUK ALAT MUSIK ORI
PROSES PEMBUATAN ALAT MUSIK ORI
Alat musik Ori dibuat dari bambu pilihan. Pembuatan
Ori dimulai dari pemeilihan Bambu yang akan dipakai untuk membuat Ori. Tua –tua
Kampung dan diikuti oleh beberapa orang lainnya memasuki hutan untuk mencari bambu
yang dimaksud, dengan cara mecari dari rumpun bambu yang satu kerumpun bambu
yang lain sampai bambu yang dimaksud ditemukan. Bambu yang dicari adalah bambu
yang sudah cupkup tua usianya, karena kadar airnya rendah dan dipercaya sangat
baik untuk membuat alat musik Ori. Setelah menemukan bambu yang dimaksud, Tua –tua kampung dan pengikutnya kembali
kekampung. Bambu tesebut tidak langsung dipotong karena harus menunggu waktu
yang tepat sesui perhitungan dari tua-tua adat yaitu memotong bambu harus pada
purnama gelap. Karena pada purnama gelap tumbuhan menggurkan daunnya, dan kadar
air pada tumbuhan sangat rendah.
Setelah tiba purnama gelap, Beberapa orang
diperintahkan utuk memotong bambu yang telah ditemukan pada pencarian
sebelumnya. Selama dalam perjalanan menuju rumpun bambu yang dimaksud, tidak
diperkenankan untu bercakap-cakap satu dengan yang lain. Sebelum memotong bambu
dimulai dengan upacara makan pinang dan menyulat Rokok tabako Sek untuk
menghormati dan meminta izin pada penunggu rumpun bambu tesebut.
Bambu yang akan diambil adalah ruas keempat dari
pangkal bambu agar kadar airnya kurang. Setelah dipotong bambu dibiarkan kering
kurang lebih 2-3 minggu. Setelah bambu sudah benar-benar kering, maka mulailah pembuatan
Ori.
CARA MEMAINKAN ORI
Adapun cara
memainkan Ori adalah : alat dipegang pada panggakalnya dan diletakkan secara
horisontal menghadap kemulut yang diapit oleh bibir atas pada sisi atas bagian
alat dan bibir bawah pada sisi sebelah bawah. Kemudian jari telunjuk atau ibu
jari tagan yang lainnya memukul bagian alat yang runcing mengikuti alunan irama
lagu dengan sedikit ‘improvisasi’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar