Rabu, 27 November 2013

ALAT MUSIK ORI


 
ASAL  USUL ALAT MUSIK ORI
Alat musik Ori berasal dari hutan Desa Dampulis (Talaud). Pada masa lalu sekitar abad 13 ada beberapa orang yang yang tinggal dan menempati sebagian pulau di Watu Napato = batu berjajar  (sekarang disebut nanusa.
Adapun orang yang menempati pulau marampit adalah seorang yang bernama Sinyo. Ia datang dari arah barat kepulauan Watu Napato dengan menumpang pada sebuah rakit dan mendarat dipulau Hinuntingan (sekarang disebut pulau Kakorotan), dari pulau tersebut ia pindah ke pulau Ahewarange (sekarang disebut pulau Marampit), dia menetap disalah satu tempat di pulau Ahewarange yang disebut “Sinurean” kurang lebih 400 m disebelah barat laut kampung Laluhe. Dari turunan Sinyo ada beberapa orang yang tinggal di hutan dan menempati Goa-goa. Seorang bernama Sumowa berjalan menyusuri hutan-hutan pulau marampit dan bertemu dengan seorang wanita yang bernama Uta’ dalam sebuah goa yang kemudian  diperistri oleh Sumowa. Dari istrinya Sumowa mendapatkan dua anak, laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki diberi nama Wa’ambatu dan yang perempuan diberi nama Uta’aruane. Saat waambatu dan Uta’aruane masih kecil, sumowa mendengar bunyi salah satu jenis burung di hutan, maka mulai saat itu ia berusaha untuk menciptakan alat yang dapat menghasilkan bunyi yang menyerupai suara burung tersebut dan terciptalah Ori dan Wansi/Bansi (suling empat lubang) yang mempunyai fungsi khusus bagi Sumowa dan Uta’ yakni bila Sumowa tidak berada dekat dengan keluarganya sedangkan uta membutuhkannya maka untuk memanggil Sumowa pada malam hari Uta’ memainkan Ori, dan pada siang hari uta meniup Wansi.
Setelah turunan mereka menemukan air yang terletak disalah satu tempat yang disebut ‘Wira’ maka mulai saat itu orang-orang membuat pemukiman di Wira, karena air sangat vital dalam kehidupan manusia pada umumnya.
Setelah pemukiman tersebut berkembang menjadi perkampungan yang banyak penduduknya terbentuklah suatu organisasi kampung yang dipimpin oleh pemerintah adat dan  dikepalai Ratumbanua. Dalam pemerintahan adat mereka tak terlepas dari upacara-upacara keagamaan yang didalamnya pementasan Musik Ori merupakan bagian dalam upacara tersebut. ( Narasumber : bpk. Harpen Liunsanda )
 
BENTUK ALAT MUSIK ORI

 












PROSES PEMBUATAN ALAT MUSIK ORI
Alat musik Ori dibuat dari bambu pilihan. Pembuatan Ori dimulai dari pemeilihan Bambu yang akan dipakai untuk membuat Ori. Tua –tua Kampung dan diikuti oleh beberapa orang lainnya memasuki hutan untuk mencari bambu yang dimaksud, dengan cara mecari dari rumpun bambu yang satu kerumpun bambu yang lain sampai bambu yang dimaksud ditemukan. Bambu yang dicari adalah bambu yang sudah cupkup tua usianya, karena kadar airnya rendah dan dipercaya sangat baik untuk membuat alat musik Ori. Setelah menemukan bambu yang dimaksud,       Tua –tua kampung dan pengikutnya kembali kekampung. Bambu tesebut tidak langsung dipotong karena harus menunggu waktu yang tepat sesui perhitungan dari tua-tua adat yaitu memotong bambu harus pada purnama gelap. Karena pada purnama gelap tumbuhan menggurkan daunnya, dan kadar air pada tumbuhan sangat rendah.
Setelah tiba purnama gelap, Beberapa orang diperintahkan utuk memotong bambu yang telah ditemukan pada pencarian sebelumnya. Selama dalam perjalanan menuju rumpun bambu yang dimaksud, tidak diperkenankan untu bercakap-cakap satu dengan yang lain. Sebelum memotong bambu dimulai dengan upacara makan pinang dan menyulat Rokok tabako Sek untuk menghormati dan meminta izin pada penunggu rumpun bambu tesebut.
Bambu yang akan diambil adalah ruas keempat dari pangkal bambu agar kadar airnya kurang. Setelah dipotong bambu dibiarkan kering kurang lebih 2-3 minggu. Setelah bambu sudah  benar-benar kering, maka mulailah pembuatan Ori.
CARA MEMAINKAN ORI
Adapun cara memainkan Ori adalah : alat dipegang pada panggakalnya dan diletakkan secara horisontal menghadap kemulut yang diapit oleh bibir atas pada sisi atas bagian alat dan bibir bawah pada sisi sebelah bawah. Kemudian jari telunjuk atau ibu jari tagan yang lainnya memukul bagian alat yang runcing mengikuti alunan irama lagu dengan sedikit ‘improvisasi’.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar